Selasa, 11 Juni 2013

Makna Filosofi Gundul-gundul Pacul


Lagu Karya Sunan Kalijaga

SALAH satu lagu karya Kanjeng Sunan Kalijaga yang melegenda adalah "Gundul-gundul Pacul", selain Lir-ilir. Lirik lagu ini pada masa silam hingga sekarang masih disukai banyak kalangan, karena baitnya cukup mudah diingat.

Namun karya lagu tersebut bukanlah tanpa arti. Dalam lagu tersebut tersirat filosofi yang sangat dalam dan mulia. Sunan Kalijaga menciptakannya sebagai peringatan (pengeling) atau sebagai media untuk mengkritisi kepada pemimpin agar senantiasa waspada dan amanah dalam menjalankan tugas.

Pemimpin dalam artian bukan hanya pemerintah sebagai pemegang kekuasaan atas negara, atau kerajaan, tetapi juga pemimpin keluarga dan pemimpin atas dirinya sendiri.
Kelalaian dalam menjalankan amanat akan menjadi seseorang tidak memiliki makna.

Mari simak bait lagu tersebut
Gundul-gundul Pacul-cul, Gembelengan
Nyunggi-nyunggi Wakul-kul Gembelengan
Wakul Nggelimpang Segane Dadi Sak Ratan
Wakul Nggelimpang Segane Dadi Sak Ratan

Makna filosofi lagu ini :
Gundul adalah kepala tanpa rambut atau biasa disebut plonthos. Kepala merupakan lambang kehormatan dan kemuliaan seseorang. Di kepala inilah makna kehormatan seseorang. Sementara rambut adalah mahkota yang melambangkan keindahan kepala. Dengan demikian Gundul berarti kehormatan tanpa mahkota.

Pacul atau yang lebih familier dengan sebutan cangkul merupakan alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat.  Pacul ini melambang kawula rendah, rakyat kecil yang kebanyakan adalah petani.

Di kalangan orang Jawa Pacul mengandung makna ''Papat kang Ucul'' atau empat yang lepas. Maksudnya kemuliaan seseorang itu sangat tergantung oleh empat hal, yaitu bagaimana ia menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya.

1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat/masyarakat. Di sini pemimpin bukan hanya berpangku tangan di meja kerja, bukan sekadar menerima laporan staf atau bawahannya, tetapi harus melihat langsung kenyataan di lapangan. Juga bukan hanya pandangan mata yang dimanfaatkan, melainkan perlu masuk dalam mata hati mengetuk sanubari.

2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat. Menerima masukan dari sesama pejabat tinggi memang penting dan perlu. Akan tetapi lebih bermanfaat lagi jika mau mendengarkan kesulitan rakyat, menjadi pendengar yang baik terhadap keluh kesah warga. Karena cara itu akan menemukan solusi atas persoalan yang dihadapi warga kebanyakan.

3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian atau  kebaikan. Jadi bukan untuk mencari kesalahan, mencari kambing hitam, mencari bau busuk. Kebaikanlah yang perlu dicari, yang membawa harum semerbak bagi lingkungannya.

4. Mulut digunakan untuk berkata adil. Kejujuran, keadilan menjadi penguat kepercayaan rakyat.

Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya.

Dengan demikian Gundul Pacul dimaksudkan bahwa seorang pemimpin sesungguhnya orang yang diberi kehormatan atau kepercayaan agar melakukan perubahan (mencangkul) demi tercapainya kesejahteraan bagi rakyat atau orang banyak. Pemimpin jangan berburu mahkota, karena mahkota akan datang jika ia menjaga dan memanfaatkan pacul dengan sebaik-baiknya.


Gembelengan diartikan sebagai sikap besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatan atau kepercayaan. Kedudukan atau mahkota memang sering membuat orang lupa diri, congkak, sombong, besar kepala dan maunya dihormati tetapi berat menghormati orang lain.
Kedudukan tinggi di lingkungan kekuasaan sering membuat seseorang merendahkan orang lain. Padahal kekuasaan pada dasarnya amanah yang semestinya sebagai pengabdian pada rakyat. Kerana itulah jika pejabat gila kehormatan hidupnya akan tersesat.

Nyunggi Wakul berarti membawa bakul  atau tempat nasi yang diletakkan di kepalanya. Wakul merupakan wadah yang telah terisi nasi. Dengan demikian, pemimpin membawa amanah besar di atas kepalanya untuk memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Ngglempang artinya tumpah, tidak amanat, terjerumus. Sega atau nasi bermakna kesejahteraan
Ratan artinya jalan raya atau artinya melebar ke mana-mana.
Dengan demikian  Wakul Ngglepang Segane Dadi Sak Ratan berarti kekayaan yang semestinya bisa menjadi kesejahteraan rakyat jadi tumpah tak bisa terpakai sebagaimana peruntukannya. Tumpah ke mana-mana tak bisa dirasakan oleh yang seharusnya menerima.

Begitulah kondisinya apabila Si Gundul Pacul yang membawa Wakul ini memiliki sifat Gembelengan, maka tidak mustahil Wakul akan Ngglempang dan Segane Dadi Sak Ratan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar