Minggu, 30 Juni 2013

Kisan Inspirasi Petani Jagung

Kisah Petani Jagung, yang di cuplikan dari Fiksi buku Sepatu Terakhir. Novel Inspiratif terbaru 2013 dari Republika. Dapatkan di Gramedia & Toko Republika Ayah adalah tipe pebisnis yang membuatku tak habis pikir. Jika kebanyakan orang berbisnis, tak ingin membagi resep rahasia, ataupun ilmu utamanya, Ayah justru sebaliknya. Ayah tak pernah pelit untuk berbagi ilmu, dari sekian pegawai yang dimilikinya, semuanya diajarinya untuk membuat sepatu. Tak ada satupun ilmu yang ia sembunyikan. Tak hanya itu, didorongnya mereka untuk lepas dan mandiri dari ayah. Aku dan Mas Agus waktu itu sampai terheran-heran. Mendidik pegawainya untuk mandiri bukankah justru akan melahirkan pesaing baru bagi usaha Ayah? Ayah menjelaskan konsepnya dengan satu kisah sederhana. Kisah yang masih aku ingat sampai sekarang. “Bapak pernah cerita ke kalian tentang kisah seorang petani jagung yang berhasil?” Aku dan Mas Agus hanya menggeleng.
 “Alkisah ada seorang petani jagung yang sangat sukses.”, Ayah berhenti mengambil nafas sejenak. Aku dan Mas Agus pasang telinga, antusias mendengarkan. Dengan nada layaknya seorang pendongeng ia melanjutkan, “Di negerinya, setiap tahun diadakan kontes jagung, untuk mencari petani mana yang menghasilkan jagung terbaik.
 Petani sukses tadi, dia sering memenangkan kontes jagung tersebut. Tak hanya sekali, namun berkali-kali dan boleh dikata, setiap kontes jagung diadakan petani inilah pemenangnya. Kalian tahu rahasianya?” Tanya Ayah ke arah kami. “Pupuk rahasia?”, Mas Agus coba mejawab. “Bukan, bukan itu rahasianya. Suatu waktu seorang wartawan bertanya pada petani sukses ini, apa formula rahasianya dia bisa memenangkan kontes jagung tersebut sampai berkali-kali. Si petani menjawab, 'tak ada formula rahasia, aku hanya membagikan benih-benih jagung terbaikku kepada petani tetangga-tetanggaku” “Lho, benih jagung terbaiknya kok malah diberikan ke tetangga? Tapi kok dia yang menang? Aneh!”, tanyaku. “Itu dia kuncinya”, Ayah tersenyum. “Alin di sekolah sudah belajar IPA kan? Tentang tanaman yang punya serbuk sari dan putik?” “Sudah” jawabku sambil mengangguk. “Kita tahu bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari bunga-bunga yang masak, lalu menebarkannya dari satu ladang ke ladang yang lain.”, tangan ayah bergerak-gerak bak seorang pendongeng.
 “Coba bayangkan Jika tanaman jagung tetangga buruk, maka serbuk sari yang ditebarkan ke ladang petani sukses ini pun juga buruk. Ini tentu menurunkan kualitas jagungnya.” Kakakku manggut-manggut mulai paham. Ayah melanjutkan
 “Sebaliknya jika tanaman jagung tetangga baik, maka serbuk sari yang dibawa angin dari ladang jagung mereka akan baik pula, disinilah bila kita ingin mendapatkan hasil jagung yang baik, kita harus menolong tetangga kita untuk mendapatkan jagung yang baik pula. “Begitu pula dengan hidup kita Nak. Jika kita ingin meraih keberhasilan, maka kita harus menolong orang sekitar menjadi berhasil pula. Mereka yang ingin hidup dengan baik harus menolong orang disekitarnya untuk hidup dengan baik pula. “, Ayah menutup ceritanya dengan bijak.

 Sumber : Sepatu Terakhir, Novel Inspiratif Gambar : dari http://www.agmrc.org/
»»  SILAHKAN BACA SELANJUTNYA (Sumonggo)...

Selasa, 11 Juni 2013

Manfaat Dzikir



Dzikir atau mengucapkan kata-kata pujian yang mengingat kebesaran Allah SWT, adalah amalan istimewa Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Dzikir merupakan media cukup baik untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Banyak hadits Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan agat umatnya menghiasai bibir dan hatinya dengan dzikir. Dan, Allah memiliki 99 nama mulia Asmaul Khusna yang bisa dijadikan sebagai dzikir.

Ada banyak manfaat dzikir. Selain untuk mendekatkan diri pada Sang Khaliq, juga dapat untuk menetramkan batin, memudahkan segala urusan.
Berikut ini sebagian dari manfaat berdzikir :

1. Mendapat Keridhaan dari Allah SWT
2. Disukai Allah SWT
3. Menghilangkan rasa sedih dan gelisah
4. Pancarkan aurora di wajah dan seluruh tubuhnya.
5. Mengusir setan dan menjadikannya kecewa.
4. Membahagiakan dan melapangkan hati.
5. Menguatkan hati dan badan.
6. Menyinari wajah dan hati.
7. Membuka lahan rezeki.
8. Disenangi dan dicintai manusia.
9. Berfikiran cerdas dan berwawasan
10. Mengangkat manusia ke maqam ihsan.
11. Melahirkan inabah, ingin kembali kepada Allah.
12. Orang yang berdzikir dekat dengan Allah.
13. Pembuka semua pintu ilmu.
14. Membantu seseorang merasakan kebesaran Allah.
15. Menjadikan seorang hamba disebut disisi Allah.
16. Menghidupkan hati.
17. Menjadi kedamaian jiwa
18. Membersihkan hati dari kotoran.
19. Membersihkan dosa.
20. Membuat jiwa dekat dengan Allah.
21. Menolong hamba saat kesepian.
22. Suara orang yang berdzikir dikenal di langit tertinggi.
23. Penyelamat dari azab Allah.
24. Menghadirkan ketenangan.
25. Menjaga lidah dari perkataan yang dilarang.
26. Majlis dzikir adalah majlis malaikat.
27. Mendapatkan berkah Allah dimana saja.
28. Tidak akan merugi dan menyesal di hari kiamat.
29. Berada dibawah naungan Allah di hari kiamat.
30. Mendapat pemberian yang paling berharga.
31. Dzikir adalah ibadah yang paling afdhal.
32. Dzikir adalah bunga dan pohon surga.
33. Mendapat kebaikan dan anugerah yang tak terhingga.
34. Tidak akan lalai terhadap diri dan Allah pun tidak melalaikannya.
35. Dalam dzikir tersimpan kenikmatan surga dunia.
36. Mendahului seorang hamba dalam segala situasi dan kondisi.
37. Dzikir adalah cahaya di dunia dan ahirat.
38. Dzikir sebagai pintu menuju Allah.
39. Dzikir merupakan sumber kekuatan qalbu dan kemuliaan jiwa.
40. Dzikir merupakan penyatu hati orang beriman dan pemecah hati musuh Allah.
41. Mendekatkan kepada ahirat dan menjauhkan dari dunia.
42. Menjadikan hati selalu terjaga.
43. Dzikir adalah pohon ma’rifat dan pola hidup orang shalih.
44. Pahala berdzikir sama dengan berinfak dan berjihad dijalan Allah.
45. Dzikir adalah pangkal kesyukuran.
46. Mendekatkan jiwa seorang hamba kepada Allah.
47. Melembutkan hati.
48. Menjadi obat hati.
49. Dzikir sebagai modal dasar untuk mencintai Allah.
50. Mendatangkan nikmat dan menolak bala.
51. Allah dan Malaikatnya mengucapkan shalawat kepada pedzikir.
52. Majlis dzikir adalah taman surga.
53. Allah membanggakan para pedzikir kepada para malaikat.
54. Orang yang berdzikir masuk surga dalam keadaan tersenyum.
55. Dzikir adalah tujuan prioritas dari kewajiban beribadah.
56. Semua kebaikan ada dalam dzikir.
57. Melanggengkan dzikir dapat mengganti ibadah tathawwu’.
58. Dzikir menolong untuk berbuat amal ketaatan.
59. Menghilangkan rasa berat dan mempermudah yang susah.
60. Menghilangkan rasa takut dan menimbulkan ketenangan jiwa.
61. Memberikan kekuatan jasad.
62. Menolak kefakiran.
63. Pedzikir merupakan orang yang pertama bertemu dengan Allah.
64. Pedzikir tidak akan dibangkitkan bersama para pendusta.
65. Dengan dzikir rumah-rumah surga dibangun, dan kebun-kebun surga ditanami tumbuhan dzikir.
66. Penghalang antara hamba dan jahannam.
67. Malaikat memintakan ampun bagi orang yang berdzikir.
68. Pegunungan dan hamparan bumi bergembira dengan adanya orang yang berdzikir.
69. Membersihkan sifat munafik.
70. Memberikan kenikmatan tak tertandingi.
71. Wajah pedzikir paling cerah didunia dan bersinar di ahirat.
72. Dzikir menambah saksi bagi seorang hamba di ahirat.
73. Memalingkan seseorang dari membincangkan kebathilan.
Sungguh luar biasa manfaatnya

sumber : kumpulberita.com
»»  SILAHKAN BACA SELANJUTNYA (Sumonggo)...

Makna Filosofi Gundul-gundul Pacul


Lagu Karya Sunan Kalijaga

SALAH satu lagu karya Kanjeng Sunan Kalijaga yang melegenda adalah "Gundul-gundul Pacul", selain Lir-ilir. Lirik lagu ini pada masa silam hingga sekarang masih disukai banyak kalangan, karena baitnya cukup mudah diingat.

Namun karya lagu tersebut bukanlah tanpa arti. Dalam lagu tersebut tersirat filosofi yang sangat dalam dan mulia. Sunan Kalijaga menciptakannya sebagai peringatan (pengeling) atau sebagai media untuk mengkritisi kepada pemimpin agar senantiasa waspada dan amanah dalam menjalankan tugas.

Pemimpin dalam artian bukan hanya pemerintah sebagai pemegang kekuasaan atas negara, atau kerajaan, tetapi juga pemimpin keluarga dan pemimpin atas dirinya sendiri.
Kelalaian dalam menjalankan amanat akan menjadi seseorang tidak memiliki makna.

Mari simak bait lagu tersebut
Gundul-gundul Pacul-cul, Gembelengan
Nyunggi-nyunggi Wakul-kul Gembelengan
Wakul Nggelimpang Segane Dadi Sak Ratan
Wakul Nggelimpang Segane Dadi Sak Ratan

Makna filosofi lagu ini :
Gundul adalah kepala tanpa rambut atau biasa disebut plonthos. Kepala merupakan lambang kehormatan dan kemuliaan seseorang. Di kepala inilah makna kehormatan seseorang. Sementara rambut adalah mahkota yang melambangkan keindahan kepala. Dengan demikian Gundul berarti kehormatan tanpa mahkota.

Pacul atau yang lebih familier dengan sebutan cangkul merupakan alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat.  Pacul ini melambang kawula rendah, rakyat kecil yang kebanyakan adalah petani.

Di kalangan orang Jawa Pacul mengandung makna ''Papat kang Ucul'' atau empat yang lepas. Maksudnya kemuliaan seseorang itu sangat tergantung oleh empat hal, yaitu bagaimana ia menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya.

1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat/masyarakat. Di sini pemimpin bukan hanya berpangku tangan di meja kerja, bukan sekadar menerima laporan staf atau bawahannya, tetapi harus melihat langsung kenyataan di lapangan. Juga bukan hanya pandangan mata yang dimanfaatkan, melainkan perlu masuk dalam mata hati mengetuk sanubari.

2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat. Menerima masukan dari sesama pejabat tinggi memang penting dan perlu. Akan tetapi lebih bermanfaat lagi jika mau mendengarkan kesulitan rakyat, menjadi pendengar yang baik terhadap keluh kesah warga. Karena cara itu akan menemukan solusi atas persoalan yang dihadapi warga kebanyakan.

3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian atau  kebaikan. Jadi bukan untuk mencari kesalahan, mencari kambing hitam, mencari bau busuk. Kebaikanlah yang perlu dicari, yang membawa harum semerbak bagi lingkungannya.

4. Mulut digunakan untuk berkata adil. Kejujuran, keadilan menjadi penguat kepercayaan rakyat.

Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya.

Dengan demikian Gundul Pacul dimaksudkan bahwa seorang pemimpin sesungguhnya orang yang diberi kehormatan atau kepercayaan agar melakukan perubahan (mencangkul) demi tercapainya kesejahteraan bagi rakyat atau orang banyak. Pemimpin jangan berburu mahkota, karena mahkota akan datang jika ia menjaga dan memanfaatkan pacul dengan sebaik-baiknya.


Gembelengan diartikan sebagai sikap besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatan atau kepercayaan. Kedudukan atau mahkota memang sering membuat orang lupa diri, congkak, sombong, besar kepala dan maunya dihormati tetapi berat menghormati orang lain.
Kedudukan tinggi di lingkungan kekuasaan sering membuat seseorang merendahkan orang lain. Padahal kekuasaan pada dasarnya amanah yang semestinya sebagai pengabdian pada rakyat. Kerana itulah jika pejabat gila kehormatan hidupnya akan tersesat.

Nyunggi Wakul berarti membawa bakul  atau tempat nasi yang diletakkan di kepalanya. Wakul merupakan wadah yang telah terisi nasi. Dengan demikian, pemimpin membawa amanah besar di atas kepalanya untuk memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Ngglempang artinya tumpah, tidak amanat, terjerumus. Sega atau nasi bermakna kesejahteraan
Ratan artinya jalan raya atau artinya melebar ke mana-mana.
Dengan demikian  Wakul Ngglepang Segane Dadi Sak Ratan berarti kekayaan yang semestinya bisa menjadi kesejahteraan rakyat jadi tumpah tak bisa terpakai sebagaimana peruntukannya. Tumpah ke mana-mana tak bisa dirasakan oleh yang seharusnya menerima.

Begitulah kondisinya apabila Si Gundul Pacul yang membawa Wakul ini memiliki sifat Gembelengan, maka tidak mustahil Wakul akan Ngglempang dan Segane Dadi Sak Ratan.

»»  SILAHKAN BACA SELANJUTNYA (Sumonggo)...

Cara Sunan Kalijaga Ajarkan Dzikir


SUNAN KALIJAGA  atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kalijogo adalah pemimpin para Wali di tanah Jawa. Nama Sunan Kalijogo sangat melegenda di tengah masyarakat Indonesia, khususnya Jawa. 

Karena perannya yang penting dalam penyebaran Islam pada masa Kerajaan Demak Bintoro dan Walisongo, hingga kini namanya masih dikenang luas umat Islam. Keharuman perjuangannya membuat jutaan umat muslin senantiasa membanjiri makamnya di Kadilangu, Kabupaten Demak, Jawa tengah.

Sunan Kalijaga lahir pada tahun 1450-an dengan nama Raden Said. Dia adalah putra Adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilwatikta atau Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga adalah Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman.

Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishak, dan mempunyai tiga putra, yakni Raden Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rukayah dan Dewi Sofiah.

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang berdiri pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram di bawah pimpinan Panembahan Senopati.

Wali yang dikenal suka memakai pakaian adat Jawa dengan pakaian warna hitam ini ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang (saka) "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama Masjid Agung Demak adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Dalam mendekatan diri kepada Allah Swt, Sunan Kalijaga menggunakan dzikir sebagai sarananya. Berbagai macam bacaan dzikir beliau ajarkan kepada muridnya, begitu pun cara berdzikirnya, mulai dzikir lisan, dzikir nafas, dzikir qolbu, dzikir ruh, dzikir perbuatan dan lain sebagainya.

Beliau mengajarkan dzikir kepada seseorang sesuai dengan tingkat  ketaqwaan atau maqom orang tersebut. Karena itu sangat wajar jika di masyarakat banyak yang mengaku mendapatkan amalan dzikir bersumber dari ajaran Sunan Kalijaga, meskipun mereka berbeda baik bacaan maupun caranya berdzikir.

Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan gurunya yang  sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salafi"-bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Beliau juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.

Sunan Kalijaga sangat toleran pada budaya lokal. Beliau berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap, mengikuti sambil mempengaruhi. Dalam pandangan Sunan Kalijaga,  jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Tidak mengherankan, ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah.

Beberapa lagu suluk ciptaan Sunan Kalijaga yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Dialah menggagas baju takwa, perayaan sekatenan, Garebek Maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu (“Petruk Jadi Raja”). Lanskap pusat kota berupa kraton, Alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga dimakamkan di Desa Kadilangu, dekat Kota Demak (Bintara/Bintoro).  Makam Sunan Kalijaga hingga sekarang masih ramai diziarahi orang. Biasanya setiap Hari Jumat bertepatan dengan perhitungan Jawa yakni Jumat Pon, dan Juamat Kliwon, para peziarah diberi kesempatan masuk ke cungkup makam Sunan Kalijaga. Adapun pada hari-hari biasanya cungkup selalu tertutup sehingga peziarah hanya bisa berdoa di luar cungkup.


»»  SILAHKAN BACA SELANJUTNYA (Sumonggo)...